Kamis, 30 Juni 2011

KELUARGA BERENCANA


Wanita menyusui akan terlindungi dari kehamilan sampai mendapatkan ovulasi. Untuk sebagian besar kesuburan akan dimulai bila telah mendapatkan menstruasi pertama post partum, akan tetapi ovulasi dapat terjadi sebelumnya.
Selama bulan pertama post partum kemungkinan menjadi hamil sangat kecil pada ibu menyusui maupun pada ibu yang tidak menyusui. Seorang ibu post partum tidak perlu menunggu mendapatkan menstruasi untuk memulai pemakaian kontrasepsi sebab bila haid lagi maka angka konsepsi menjadi rendah pada ibu menyusui terlebih pada ibu tidak menyusui. Bila ibu tidak menyusui bayinya ia harus segera menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi yang diberikan segera post partum tidak boleh menggangu laktasi.
Metode Kontrasepsi untuk ibu menyusui :
1.    Kontrasepsi yang berisi progestin.
a.    Kontrasepsi yang berisi progestin, seperti pil mini, dan implan tidak mempunyai efek pada laktasi dan dapat digunakan pada ibu-ibu yang menyusui segera setelah melahirkan setiap saat selama masa laktasi
b.    Efek samping yang paling sering adalah haid sampai amenorhoe.
c.    Implan merupakan metode kontrasepsi lainnya bila ibu yang mempunyai banyak anak tidak bersedia menggunakan kontrasepsi mantap.
2.    Metode Suntikan.
a.    Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satui kontrasepsi yang popular,seperti Noretisteron enatat (NETEN), Depomekdroksi Progesterone Acetat (DMPA) dengan nama dagang Depo-provera.
b.    Suntikan diberikan pada hari ke 3,5 pasca persalinan,segera setelah keguguran dan pada masa interval sebelum hari kelima haid.
c.    Kontra indikasi kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainya.
2. Spermisid
a.    Spermisid adalah cara kontrasepsi topikal dalam vagina berupa zat kimia yang dapat membunuh sprematozoa seperti tablet busa, dan krim jelly.
b.    Manfaat kontrasepsi spermisid
1)    Efektif seketika (busa dan krim)
2)    Tidak mengganggu produksi ASI.
3)    Bisa menggunakan sebagai pendukung metode lain.
4)    Tidak mengganggu kesehatan klien.
5)    Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6)    Mudah digunakan.
7)    Tidak perlu resep dokter.
c.    Efek samping
1)    Iritasi vagina.
2)    Iritasi penis dan tidak nyaman.
3)    Gangguan rasa panas di vagina.
4)    Kegagalan tablet tidak larut.
3.    Metode Barier
a.    Diagrama adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari lateks, (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
b.    Manfaat kontrasepsi.
1)    Efektif bila digunakan dengan benar.
2)    Tidak mengganggu hubungan seksual.
3)    Tidak mengganggu produksi ASI.
4)    Tidak mengganggu kesehatan klien.
5)    Tidak mempunyai pengaruh sistematik.
c.    Keterbatasan
1)    Keberhasilan sebagai kontrasepsi terbantung kepada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
2)    Motivasi diperlukan berkesinambungan menggunakan setiap berhubungan seksual.
3)    Pemeriksaan pervic oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketetapan pemasangan.
4)    Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretera.
5)    Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih berada di posisinya.
4.    IUD
a.    Medicated IUD seperti Cu T atau Cu-7 dan sebagainya merupakan pilihan terbaik untuk ibu yang menyusui karena dampaknya tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
b.    Yang penting pada pemakaian IUD post partum adalah penempatan IUD setinggi mungkin dalam fundus uteri sehingga mengurangi kemungkinan ekspulsi.

GIZI IBU MENYUSUI

Pada seorang ibu menyusui konsumsi nutrisi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi selama masa laktasi.
Kebutuhan zat-zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat badan dan kecepatan mensintesa jaringan-jaringan baru.
Nutrisi yang diperlukan selama menyusui :
1.    Kalori
a.    Kebutuhan kalori ibu menyusui diperlukan 3000 kal/hari.
b.    Kalori diperlukan sebagai sumber energi untuk proses metabolisme
c.    Kalori didapat pada beras, roti, umbi-umbian (singkong, ubi jalar, talas, kentang).
2.    Zat besi
  1. Zat besi pada masa menyusui diperlukan 17 g/hari.
  2. Zat besi diperlukan pada masa menyusui untuk pembentukan sel-sel darah dan banyak terdapat pada makanan yang dikonsumsi, sehari-hari seperti : daging, hati dan sayuran berwarna hijau.
  3. Zat besi baik dikomsumsi diantara waktu makan bersama jus jeruk.
  4. Teh, kopi, susu akan mengurangi penyerapan zat besi.
Jika zat makanan yang dikomsumsi tidak dapat mencukupi suplay Fe, maka dapat diberikan preparat Fe seperti : Biosambe, hemaviton yang dapat dibeli bebas, juga dapat diperoleh dipusat pelayanan kesehatan.
Untuk mengkonsumsi preparat Fe karena baunya yang mencolok maka hendaknya dikomsumsi diantara waktu makan dan minum jus untuk menambah penyerapan dan untuk bahan makanan hendaknya dimasak dalam  panci besi.
3.    Protein
Kebutuhan protein selama menyusui dibutuhkan untuk pertumbuhan janin yang cepat, dan kenaikan sirkulasi darah yang dapat diperoleh pada :
a.    Sumber protein hewani   :   daging, ikan, telur, kerang, dll.
b.    Sumber protein nabati :  kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang ijo, kacang tanah, dan lain-lain.
4.    Vitamin
a.    Vitamin A
1)    Untuk ibu menyusui Vitamin diperlukan 7000 iu/ hari.
2)    Vitamin A diperlukan untuk gigi dan tulang serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi juga diperlukan untuk pemeliharaan jaringan mata.
3)    Makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah wortel, pepaya dan hati.
b.    Vitamin C
1)    Vitamin C dibutuhkan 90 mg pada masa menyusui untuk :
a)    Pembentukan jaringan.
b)    Pembentukan sistem pembuluh darah.
c)    Meningkatkan penyerapan serum.
2)    Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan segar yang berwarna kuning seperti : jeruk, tomat, melon.
5.    Mineral
Didalam tubuh manusia terdiri atas 4% mineral, yang dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai kadar abu. Mineral didapat pada: jambu air, jeruk manis, pepaya, belimbing dan semangka.

Sumber    : Husaini Yk, dkk

Selasa, 14 Juni 2011

RUPTURA PERINEUM (1)

Ruptura perineum adalah robeknya perineum pada saat janin lahir. Berbeda dengan episiotomi, robekan ini sifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin lewat

Sebab robeknya perineum bisa disebabkan dari pihak ibu dan Janin.
Ruptura perineum sebab dari ibu
1). Karena partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, his terlampau kuat atau disebut hypertonic uterine contraction, menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus sudah selesai kurang dari 3 jam, sifat his normal, tonus otot diluar his juga bisa. Kelainannya terdapat pada kekuatan his, tahanan yang rendah pada bagian lunak jalan lahir atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh adanya proses persalinan yang sangat kuat .
2) Pasien tidak mampu berhenti meneran
Dengan tercapainya dilatasi serviks yang maksimal, sebagian besar wanita dalam proses persalinan tidak bisa menahan keinginan untuk meneran setiap kali timbul kontraksi uterus, menutup glotis dan mengontraksikan otot abdomen berkali-kali dengan sepenuh tenaga untuk menimbulkan peningkatan intra abdomen yang besar selama berlangsungnya kontraksi uterus. Gabungan tenaga yang ditimbulkan akan mendorong janin turun ke dalam vagina dan pada kasus persalinan spontan melewati introitus vagina.
3) Dorongan fundus terlalu kuat sehingga janin keluar terlalu cepat
Biasanya terjadi akibat penolong persalinan yang tidak sabar. Ingin kelahiran janin secara cepat sehingga melakukan dorongan pada fundus uteri dengan mendorong abdomen. Tindakan ini akan menyebabkan ibu merasa nyeri, terlebih lagi berbahaya bagi janin dan kaitanya dengan ruptur uteri .
4) Kelainan vulva
Atresia vulva parsial sebagai akibat dari perlekatan atau jaringan parut setelah pasien mengalami cidera atau pembedahan. Tahanan yang ditimbulkan biasanya dapat diatasi oleh tekanan terus menerus dari kepala janin dengan akibat yang umumnya berupa ruptura perineum yang dalam. Introitus vulvovaginalis kaku dan tidak elastis maka distosia dan laserasi yang luas kemungkinan akan terjadi.
5) Arkus pubis yang terlalu sempit
Sempitnya arkus pubis menyebabkan oksiput tidak bisa rnuncul langsung dibawah simpisis pubis tetapi akan terdorong lebih jauh kebawah pada ramus iskiopubikum. Kesempitan pintu bawah panggul apabila distosia tuberum 8 cm atau lebih kecil, kesempitan pintu bawah panggul ditemukan pada 0,9% dari 1429 primigravida aterm.
6) Episiotomi
Carroli dan Belizan (2000) mengevaluasi episiotomi rutin di bandingkan episiotomi restriktif. Pada kelompok episiotomi restriktif terdapat angka trauma perineum kebutuhan untuk diperbaiki dan kompikasi penyembuhan yang rendah (28%). Sebaiknya pada episiotomi rutin terdapat angka trauma perineum yang tinggi (73%). Dengan temuan ini episiotomi tidak melindungi perineum tetapi menyebabkan inkontinensia sfingter anus dengan cara meningkatkan resiko robekan derajat tiga dan empat. Terbukti bahwa kebijakan untuk episiotomi rutin tidak dapat didukung.

Ruptura perineum sebab dari janin
1) Janin besar
Menurut WHO janin besar adalah janin dengan berat lahir lebih dari 4000 gram. Hasil penelitian Wullur, et all. (2004) di RSUP Manado kasus makrosomia sebesar 1,88%, menyebabkan robekan perineum tingkat satu dan dua sebesar 31,13%.
2) Posisi kepala abnormal
Posisi oksipitalis posterior persisten dalam keadaan fieksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah oksiput (oksipito posterior). Oksiput akan memutar ke depan karena dasar panggul dengan muskulus levator ani membentuk ruang yang lebih luas sehingga memberikan tempat yang lebih sesuai bagi oksiput. Dengan demikian keberadaan ubun-ubun kecil dibelakang masih dianggap sebagai variasi persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan kadang-kadang ubun-ubun tidak berputar kedepan, sehingga tetap dibelakang keadaan ini dinamakan posisi oksipito anterior persisten. Hal ini disebabkan karena usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dari ukuran panggul, misalnya diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transverse seperti pada panggul android atau otot-otot dasar panggul yang sudah melemah pada multipara atau kepala janin yang kecil.
3) Presentasi bokong
Kepala harus melewati panggul dalam waktu yang lebih singkat daripada persalinan presentasi kepala sehingga tidak ada waktu bagi kepala untuk menyesuaikan dengan besar dan bentuk panggul. Insiden presentasi bokong sebesar 3 - 5% pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram. 65% frank breech, 27% footling breeches, 8% complete breech.
4) Ekstraksi vakum/forceps yang sukar
Persalinan pervaginam dengan menggunakan alat ada hubungannya dengan laserasi perineal dengan OR = 3,04 CI = 2,42 - 3,84.
5) Distosia bahu
Kepala telah lahir tapi bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa. Insidensi umumnya kurang dari 0,15 – 0,2%. Pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4000 gram insidensinya 1,6% (Oxorn, 2003).
6) Anomali konginetal seperti hidrosephalus.
Hidrosepalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta menjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500-1500 ml. Kadang-kadang mencapai 5 liter karena kepala janin terlalu besar dan menyebabkan disproporsi sepalo pelvic. Terjadi sekitar 12% dari semua malformasi berat yang ditemukan pada kelahiran.

Klasifikasi ruptura perineum (Oxorn, 2003).
  • Ruptur perineum derajat I meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum tepat dibawahnya.
  • Ruptur perineum derajat II merupakan luka robekan yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai korpus perineum. Muskulus perineum transverses sering turut robek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai spingter ani. Biasanya robekan meluas keatas disepaniang mukosa vagina dan jaringan submukosa. Keadaan ini menimbulkan luka laserasi yang berbentuk segitiga ganda dengan dasar pada fourchette, salah satu apek pada vagina dan apek lainnya didekat rektum.
  • Ruptur perineum derajat III meluas sampai korpus perineum, muskulus transversus perineum dan spingter ani rusak.
  • Ruptur perineum derajat IV spingter ani terpotong dan laserasi meluas hingga dinding anterior rektum.
Ruptur perineum derajat I dan II disebut ruptur perineum inkomplit, sedang ruptur perineum derajat III dan IV disebut ruptur perineum komplit atau totalis.
 
Tehnik mencegah laserai perineum
Up Right Dan Squatting (posisi jongkok)
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain memiliki kebiasaan menggunakan posisi ini pada saat melahirkan. Dalam dunia obstetri modern, posisi jongkok jarang digunakan. Namun perkembangan terakhir menunjukkan adanya perubahan paradigma. Posisi jongkok kini menjadi salah satu pilihan utama pada saat melahirkan. Posisi jongkok dapat mengurangi rasa sakit ketika bersalin dan memudahkan proses bersalin. Proses ini juga mempersingkat waktu persalian kala II dan menurunkan abnormalitas.
Perdebatan tentang apakah posisi tegak (jongkok, berlutut, duduk, atau berdiri) atau posisi konvensional (dorsal recumbent, berbaring, lateral) lebih menguntungkan bagi outcome persalinan telah berlangsung dalam waktu lama
Evaluasi outcome persalinan pada beberapa penelitian yang membandingkan posisi tegak dengan posisi konvensional menunjukkan bahwa posisi tegak memiliki pengaruh yang positif pada beberapa indikator outcome persalinan, antara lain penurunan tingkat rupture perineum (Keine dan Tebbe, 1996; de Jong dkk., 1997; Bodner dkk., 2003), penurunan kejadian episiotomi (Keine dan Tebbe, 1996; de Jong dkk., 1997; Gupta dan Nikodem, 2000), penurunan rasa nyeri (Waldentrom dan Gottavall, 1991; de Jong dkk., 1997; Gupta dan Nikodem, 2000)
Kerugian posisi jongkok : (1) Posisi ibu memungkinkan untuk bergerak lebih leluasa sehingga sulit untuk memantau detak jantung janin dan ibu (2) Sulit bagi penolong untuk melihat apa yang terjadi di area vulva. Oleh karena itu, bidan harus belajar menyesuaikan berbagai posisi baru pada persalinan kala II.
 
Perasat Ritgen
Perasat Ritgen atau perasat Ritgen yang telah dimodifikasi adalah teknik yang digunakan klinisi untuk kelahiran kepala bayi. Langkah-langkah Perasat Ritgen adalah sebagai berikut :
  • ·Satu tangan tetap di oksiput untuk mengendalikan kepala bayi.
  • Tangan yang lain ditutup dengan handuk untuk melindungi dari kontaminasi.
  • Tangan yang dibungkus handuk kemudian memberi tekanan ke dalam pada bagian posterior rektum wanita sampai dagu bayi dapat ditemukan dan berada dalam genggaman jari-jari.
  • Tekanan kedepan dan keluar diberikan dibawah sisi dagu dan kepala dikendalikan diantara tangan ini dan tangan yang memberi tekanan pada oksiput.
Ketidaknyamanan timbul karena kenyataannya anus menjadi sangat distensi berupa penonjolan dinding rektum kedalam anus. Perasat Ritgen meningkatkan peregangan anus ini dan cenderung membuat anus dan dinding rektum menjadi sasaran tekanan langsung dan permukaan kasar handuk, hal ini juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi laserasi periuretra.

Water Birth
Suku di kepulauan Pasifik, Selandia Baru Turki dan Afrika Selatan telah lama menggunakan metode bersalin di dalam air. Menurut Garland dan Jones bersalin di air mempunyai keuntungan kaitannya dengan efek “Hidrotermik” air sebagai konduktor panas, melemaskan otot dan meredakan nyeri, sehingga kulit perineum akan lebih lembut dan mudah meregang saat kepala bayi melaluinya.
Secara keseluruhan ibu yang melahirkan di air lebih mungkin mengalami perineum utuh atau robekan lebih ringan di bandingkan dengan robekan di darat.
Waterbirth menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan otonomi wanita dengan bidan, seperti yang amati oleh Beech (1995), wanita di dalam kolam lebih dapat mengontrol persalinannya dan jauh lebih sulit bagi penolong persalinan untuk mengintervensi.

RUPTURA PERINEUM

Konsep Dasar Ruptura Perineum
Pengertian Ruptur Perineum Menurut para Ahlinya yaitu :
a.    Perlukaan yang terjadi baik unilateral maupun bilateral pada waktu persalian normal atau persalian buatan.
( Ilmu Kandungan 1999,hal 410)
b.    Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum hampir pada semua persalian pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya. ( Ilmu Kebidanan 2006,hal 665) 
Penyebab Ruptur Perineum  ( liu,David T.Y. 2008,Hal: 136)
a.     Kala dua persalinan yang lama.
b.     Bayi besar
c.      Pada presentasi defleksi ( dahi, muka)
d.     Pada primigravida
e.     Pada letak sungsang
f.       Pimpinan persalinan yang salah

Usaha untuk menghindarkan ruptur perineum
       Usaha – usaha untuk menghindarkan robekan perineum tersebut adalah :
a.     Pada pemulaan persalinan sudah diberitahukan bahwa harus ada kerjasama antara penolong dan ibu, terutama waktu lahirnya kepala anak.
b.     Pengawasan kemajuaan kepala secara teliti, karena kemungkinan kepala anak dapat maju secara cepat  dan mengadakan defleksi secara tiba-tiba, penolong harus selalu siap dan jari tangan melindungi kepala anak dan perineum.
c.      Mengusahakan agar diameter yang melalui orifisium vagina adalah sub occipito fronto yang panjangnya 10 cm. usaha ini dilakukan dengan menahan fleksi kepala agar tidak terlalu cepat defleksi.
d.     Jari-jari tangan menahan perineum,telapak tangan didaerah anus empat jari dibagian kanan dan ibu jari dibagian kiri vulva dan agak menarik jaringan-jaringan keatas.
e.     Memberikan kesempatan agar perineum merenggang dengan jalan mengusahakan kepala tidak terlalu capat maju, caranya dengan menahan agar jangan terlalu kuat mengedan.
f.       Kepala lahir, hendaknya pada akhir kontraksi agar kekutan mengedan tidak terlalu kuat.
g.     Bila kepala telah mulai lahir, ibu diminta bernafas panjang, menghindarkan tenaga mengedan karena sinsiput, muka, dagu yang mempunyai ukuran panjang akan melalui perineum.
h.     Pengawasan terhadap lahirnya bahu terjadi setelah putaran dalam yang ditandai dengan adanya putaran paksi luar.

Tingkat ruptura perineum.(Chapman Vicky,2006)
a.     Ruptur  tingkat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vaginan  dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
b.     Ruptur tingkat II
Robekan mengenai kulit dan otot,biasa kecil atau ekstensif.
c.      Ruptur  tingkat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.
d.     Ruptur  tingkat IV
robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.

Penanganan rupture perineum (Wiknjosastro,2007 hal 155)
Penanganan/perawatan khusus perineum bagi wanita setelah melahirkan anak, mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan.
Prinsip-prinsip dasarnya adalah universal, sebagai berikut:
a.     Mencegah kontaminasi dari rectum.
b.     Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
c.      Membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, prosedur yang disarankan sebagai berikut :
1)     Bidan mengajarkan ibu untuk :
a)     Mencuci tangannya
b)     Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakan pembalut tersebut kedalam kantong plastic.
c)      Berkemih dan BAB ke toilet
d)     Semprotkan keseluruh perineum dengan air.
e)     Keringkn perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakang.
f)       Cuci kembali tangan
2)     Perawatan ruptur perineum
Persiapan alat dan bahan         :
a)     Satu pasang handscun
b)     Gaas steril
c)      Kom berisi betadien
d)     Kapas savlon
e)     Nierbekken
Cara kerja      :
a)     Vulva hygiene
1.     Membantu ibu untuk mengambil posisi lithotomic
2.     Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
3.     Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
4.     Dengan menggunakan 1 kapas savlon, oleskan dari atas kebawah pada labia minora (dimulai dari bagian yang terjauh dari petugas). Terakhir oleskan 1 kapas savlon dari bagian atas sampai kebawah vulva 1 kali olesan.
b)     Vagina toilet
1.     Gulungkan gaas betadhine pada jari tengah kemudian oles kedalam vagina dengan memutar 360 derajat.
2.     Kompres betadhine.

3)     Pengobatan
        Luka perineum yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya,harus diatasi dengan pemasangan dranais. Jahitan harus dilepas dan luka yang terinfeksi
dibuka. Kegagalan dalam tindakan ini bukan saja menyebabkan peluasan infeksi kedalam jaringan ikat paraservikal an para vaginal, tetapi juga mengakibatkan akhir anatomis yang jelek, salah satu terapi kombinasi antibiotic
bersprektum luas, sedangkan rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesic yang efektif dan bila terjadi retensi urine,pemasangan inwelling kateter harus dilakukan.
( wiknjosastro, 2006).

Senin, 13 Juni 2011

BUDIDAYA IKAN NILA

Ikan Nila adalah ikan dengan pertumbuhan paling cepat dibandingkan ikan lain. Ikan nilan dapat tumbuh sampai 1 kg per ekornya dengan rasa dagingnya yang luar biasa enak. Ikan nila merupakan ikan favorit bagi para peternak ikan karena nilai jualnya yang tinggi sekaligus pertumbuhannya yang pesat menyebabkan waktu panen yang lebih pendek. Ikan nila juga mudah sekali pembudidayaannya, bahkan ikan ini dapat dibudidayakan dengan berbagai macam cara menggunakan kolam, jarring apung , atau karamba, di sawah, bahkan di kolam yang berair payau ikan ini mampu tumbuh dan berkembang.

cara budidaya ikan nila
Sejarah Ikan Nila
Ikan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. setelah diteliti ikan nila desebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Dimana nama ini menunjukkan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda dan mereka selama bertahun – tahun habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ke hilir sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir.Ikan ini dengan bantuan dari manusia sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua. Meskipun habitatnya yang disukai adalah daerah tropis dan hangat.
Habitat ikan Nila
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 – 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 –  30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.

Perkembangbiakan
Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 – 2 tahun. Pada saat ia berumur lebih dari 1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800g dan saat ini ia bisa mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali ia memijah. Dan dapat berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun. Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan dan daerahnya akan ia jaga dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan Nila jantan menjadi agresif saat musim ini

Kebiasaan makan ikan Nila
Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia sudah dewasa ia mampu diberi makanan tambahan seperti pelet dan berbagai makanan lain yaitu daun talas.
Hal yang harus anda ketahui untuk memelihara ikan nila adalah : pertumbuhan dari ikan ini sangat bergantung dari pengaruh fisika dan kimia serta interaksinya. Pada saat curah hujan yang tinggi misalnya pertumbuhan berbagai tanaman air akan berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan air dan secara tidak langsung mengganggu pertumbuhan ikan nila. Ikan nila juga akan lebih cepar tumbuhnya jika dipelihara di kolam yang dangkal airnya, karena di kolam dangkal pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang dalam. Ada yang lain yaitu kolam yang pada saat pembuatannya menggunakan pupuk organic atau pupuk kandang juga akan membuat pertumbuhan tanaman air lebih baik dan ikan nila juga akan lebih pesat pertumbuhannya.
Ikan nila jantan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang betina. Ikan jantan memiliki pertumbuhan 40% lebih cepat dibandingkan dengan  yang betina. Terlebih jika dipelihara dalam kolam yang dibedakan. Atau monosex

Prospek pasar
Jika anda tertarik untuk memelihara ikan nila sebagai species pilihan maka memang betul sekali pilihan anda. Minat pasar untuk ikan nila masih sangat lebar, mulai dari nila yang stadium bibit sampai ikan nila yang di kategorikan sebagai ikan konsumsi semua pasar tersebut masih sangat memungkinkan dimasuki. Karena termasuk ikan konsumsi dengan harga yang cukup terjangkau pasar.
Jenis ikan nila yang menjadi target pasar dalam negri adalah jenis ikan nila lokal dimana anda bisa mensuply ikan anda ke berbai kolam pemancingan dan juga aneka rumah makan, sementara untuk pangsa ekspor anda sebaiknya memilih ikan nila merah dan ikan nila gift, yang tentu saja harganya pasti akan lebih mahal dibandingkan ikan nila biasa. Kualitas daging dan ukuran tubuh menjadi tuntutan bagi para peternak untuk mengekspor produknya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah berat tubuh minimal 500g per ekornya dengan kualitas no 1. dan tujuan ekspornya adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat serta beberapa negara di Eropa.