Pengertian Ruptur Perineum Menurut para Ahlinya yaitu :
a. Perlukaan yang terjadi baik unilateral maupun bilateral pada waktu persalian normal atau persalian buatan.
( Ilmu Kandungan 1999,hal 410)
b. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum hampir pada semua persalian pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya. ( Ilmu Kebidanan 2006,hal 665)
Penyebab Ruptur Perineum ( liu,David T.Y. 2008,Hal: 136)
a. Kala dua persalinan yang lama.
b. Bayi besar
c. Pada presentasi defleksi ( dahi, muka)
d. Pada primigravida
e. Pada letak sungsang
f. Pimpinan persalinan yang salah
Usaha untuk menghindarkan ruptur perineum
Usaha – usaha untuk menghindarkan robekan perineum tersebut adalah :
a. Pada pemulaan persalinan sudah diberitahukan bahwa harus ada kerjasama antara penolong dan ibu, terutama waktu lahirnya kepala anak.
b. Pengawasan kemajuaan kepala secara teliti, karena kemungkinan kepala anak dapat maju secara cepat dan mengadakan defleksi secara tiba-tiba, penolong harus selalu siap dan jari tangan melindungi kepala anak dan perineum.
c. Mengusahakan agar diameter yang melalui orifisium vagina adalah sub occipito fronto yang panjangnya 10 cm. usaha ini dilakukan dengan menahan fleksi kepala agar tidak terlalu cepat defleksi.
d. Jari-jari tangan menahan perineum,telapak tangan didaerah anus empat jari dibagian kanan dan ibu jari dibagian kiri vulva dan agak menarik jaringan-jaringan keatas.
e. Memberikan kesempatan agar perineum merenggang dengan jalan mengusahakan kepala tidak terlalu capat maju, caranya dengan menahan agar jangan terlalu kuat mengedan.
f. Kepala lahir, hendaknya pada akhir kontraksi agar kekutan mengedan tidak terlalu kuat.
g. Bila kepala telah mulai lahir, ibu diminta bernafas panjang, menghindarkan tenaga mengedan karena sinsiput, muka, dagu yang mempunyai ukuran panjang akan melalui perineum.
h. Pengawasan terhadap lahirnya bahu terjadi setelah putaran dalam yang ditandai dengan adanya putaran paksi luar.
Tingkat ruptura perineum.(Chapman Vicky,2006)
a. Ruptur tingkat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vaginan dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
b. Ruptur tingkat II
Robekan mengenai kulit dan otot,biasa kecil atau ekstensif.
c. Ruptur tingkat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.
d. Ruptur tingkat IV
robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
Penanganan rupture perineum (Wiknjosastro,2007 hal 155)
Penanganan/perawatan khusus perineum bagi wanita setelah melahirkan anak, mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan.
Prinsip-prinsip dasarnya adalah universal, sebagai berikut:
a. Mencegah kontaminasi dari rectum.
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
c. Membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, prosedur yang disarankan sebagai berikut :
1) Bidan mengajarkan ibu untuk :
a) Mencuci tangannya
b) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakan pembalut tersebut kedalam kantong plastic.
c) Berkemih dan BAB ke toilet
d) Semprotkan keseluruh perineum dengan air.
e) Keringkn perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakang.
f) Cuci kembali tangan
2) Perawatan ruptur perineum
Persiapan alat dan bahan :
a) Satu pasang handscun
b) Gaas steril
c) Kom berisi betadien
d) Kapas savlon
e) Nierbekken
Cara kerja :
a) Vulva hygiene
1. Membantu ibu untuk mengambil posisi lithotomic
2. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
3. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
4. Dengan menggunakan 1 kapas savlon, oleskan dari atas kebawah pada labia minora (dimulai dari bagian yang terjauh dari petugas). Terakhir oleskan 1 kapas savlon dari bagian atas sampai kebawah vulva 1 kali olesan.
b) Vagina toilet
1. Gulungkan gaas betadhine pada jari tengah kemudian oles kedalam vagina dengan memutar 360 derajat.
2. Kompres betadhine.
3) Pengobatan
Luka perineum yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya,harus diatasi dengan pemasangan dranais. Jahitan harus dilepas dan luka yang terinfeksi
dibuka. Kegagalan dalam tindakan ini bukan saja menyebabkan peluasan infeksi kedalam jaringan ikat paraservikal an para vaginal, tetapi juga mengakibatkan akhir anatomis yang jelek, salah satu terapi kombinasi antibiotic
bersprektum luas, sedangkan rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesic yang efektif dan bila terjadi retensi urine,pemasangan inwelling kateter harus dilakukan.
( wiknjosastro, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar